bandungan terus naik ke air terjun tujuh bidadari

-10 April- 

Seorang temen yang lagi ulang taun ngajakin menghabiskan malam dengan sahabat2 terdekat , nginep bareng di suatu tempat untuk bisa ngobrol sepuasnya, karena kami tak pernah kehabisan bahan obrolan. Akhirnya, tekumpul 4 orang, memutuskan mau cari villa di daerah bandungan. Berangkat sekitar hampir jam 3 sore dari Semarang, naek motor, ujan-ujan.
Naympe di bandungan, kita makan mie ayam dulu, laper. Anget, enak, abis ujan, tambah gorengannya lagi abis diangkat dari wajan. Habis itu muter-muter nyari hotel/villa yang sesuai dengan kantong. Setelah muter di 3 hotel, akhirnya dapet villa 2 kamar Rp120.000, lumayan, tv langganan, softdrink, air panas.

Setelah ngubrul2 ngalor-ngidul,dikarenakan perut terasa agak lapar, sekitar jam 5 sorean kami mutusin nyari jajanan. Jalan kaki dari villa, ke arah pasar bandungan, liat2 keramaian. Terus naik ke arah Sumowono, jalan terus dan akhirnya Kami jajan di warung Tahu Serasi, ngambil seporsi, minta digorengin. Tersedilah tahu goreng hangat dengan sambel kecap. 1 bungkus isi 12 potong, minta digorengin harganya sekitar 12 ribuan. Trus minumnya kami pesen Bir Plethok. Kata temen saya, ini minuman tradisional semacam wedang ronde, serbat,dsb, tanpa alkohol, warnanya pun pink. Rasanya agak2 pedes, campuran jahe dan rempah2, bikin anget. Harganya kalo g salah 3 ribuan. 

Setelah makan2, ngemil, ngobrol2,foto2, kita bayar terus cari mushola, ditunjukin ke arah jalan yang naik lagi. Sekitar lima ratus meter, masuk gang. Jalanan kampung di daerah dingin kalo malem gerimis sangat sendu, huhuhu. Di mushola kecil , walaupun udah lewat waktu shalat, di dalem masih ada 3 bapak2 ramah yang sedang wirid, ato baca Qur’an, mempersilahkan kita sholat. Di luar mushola ada tukang bakso pake motor, pas kita lewat, dia buka pancinya, bueeehhhhhhh, aroma kuahnya kok kayaknya enak bangatt, tapi sayang udah makan. Haha.
Habis itu kita jalan lagi, ke arah pasar bandungan, foto2 lagi. Kemudian nyari air minum ama cemilan di indomaret! ( jauh2 ke bandungan jajan tetep di indomaret!!). lalu liat2 pasar sekilas, jalan balik ke villa. 

Habis itu mulai ngakak ngikik, ngomongin macem2, acara ngasih jebakan betmen segala ke temen kami yang penakut. Di salah satu kamar, temen ane gantungin seprei di jendela yang tinggi, lampunya dimatiin, nampak kayak sesosok apaa gitu, trus kita mancing dia ke kamar itu. Begitu di depan pintu, dia langsung balik badan tanpa ekspresi.kaku, haha.
Kami pun terus-terusan ngobrol, agak malem kita jalan keluar lagi, agak bosen. Ternyata eh ternyata, kawasan villa ama hotel kami deket tempat yang dapat anda kira, sepanjang jalan ramai oleh itu, musik2 di karaoke berdentam, dan pintu2 yang tadinya kami kira rumah penduduk biasa, agak mirip kontrakan2 terbuka terang benderang berisikan mbak-mbak yang bisa anda mengerti maksudnya. Di jalan itu pun kami jadi salah tingkah, dipanggilin sama calo2 “bos, mau nyari ap bos??”. Jadi dipanggilin bos deh kita. Waduh,,,,

Kita pun Cuma jalan ke daerah pasar bandungan lagi, karna laper ane makan nasi kucing. Ada yang balik ke pilla’, makan nasi goreng. Sempet kita mau coba ke nyanyi ke karaoke, tapi dengan berbagai pertimbangan kami tidak jadi aja. Habis itu balik ke villa aja, melewati jalan tersebut tadi. Ngobrol, diskusi, ngomongin orang, haha. Sampe tertidur hingga pagi.
Paginya, setelah malas2san, jam 9 kami mandi. Sang ketua acara ngajakin acara selanjutnya adalah main ke “air terjun 7 bidadari”. 

Merupakan objek wisata baru, dia baru aja liat liputannya di salah satu TV. Dari arah bandungan naik, ke arah sumowono, lanjut terus sampai ke pasar Sumo wono, ambil kanan ke arah Bantir. Di sini sepanjang jalan penuh pemandangan yang bagus. Sekitar 15 menit kita nyampe di pangkalan militer Bantir, entah koramil ato apa, yg jelas, tempat itu ternyata tempat syuting film Merah Putih yang ada Lukman Sardi itu loh. Area militer tersebut di pinggir jalan, dikelilingi pohon pinus, bangunannya semua dari kayu!! Keren, biasanya kan tembok. Suasanya sepi, kayak di perbatasan aja. Swiiiiiiiii. 

Persis di sebelah pangkalan Bantir itu belok kiri, masuk kampung, ikuti jalan, petunjuk arah dan tanya penduduk untuk bisa santai. Jangan lupa sapa penduduk yang bertatap muka dengan kita, sangat murah senyum. Sepanjang jalan kita akan mengira benarkah ini jalannya? Soalnya kita masuk desa yang agak terpencil, tetapi jalannya sudah bagus. Di pintu masuk kita bayar Rp 3000. Nampaknya objek ini dikelola oleh warga. Begitu masuk kita disuguhi oleh sebuah kawasan hijau, dengan sungai mengalir, air terjun di kejauhan. Setelah parkir, kita langsung menuju air terjun. Di bagian jalan ada warung2 dengan bambu yg tertata. Tidak kumuh, walau terpencil cukup terkelola. Di sebelah lainnya ada semacam pondok bambu tanpa dinding yg cukup besar, bisa digunakan untuk pertemuan2 dan saat itu juga ada yg memakainya.

Menuju air terjun, jalanan masih tanah. Air terjunnya sendiri ada 2 tingkat. Dengan tinggi tingkat dasar sekitar 7 meter lebar hampir sama. Maka,, foto-foto pun dimulai, loncat batu sana , foto, loncat sini, foto. Mainan air, duduk2, mainan capung yang sangat jinak, capungnya mau diajak foto pose apapun, taruh di jari, di bahu, di muka, di idung, mau dia difoto. 

Sampai siang tidak terasa kita disana, Cuma duduk ngedengerin gemuruh air terjun bisa lupa waktu, apalagi ditemani sahabat2 segokil mereka.
Ketika beranjak siang, kami putuskan pulang, agar tidak kehujanan bila hujan. Sempet kita ambil jalan putar melewati jembatan bambu, lewat pondok2 tadi, untuk sampai ke parkiran. Setelah itu pulang dengan senang, dan capek tertawa......